Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keutamaan Ilmu Dan Belajar ilmu Menurut Imam Al-Ghazali


Keutamaan Ilmu Dan Belajar ilmu Menurut Imam Al-Ghazali
Di dalam al-Quran terdapat beberapa dalil mengenai keutamaan ilmu, antara lain adalah firman Allah Swt dibawah ini:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS. Al-Mujadilah: 11)

Ibnu Abbas ra, pernah mengatakan, “Para ulama itu memiliki sebanyak tujuh ratus tingkatan di atas derajat orang-orang mukmin. Dimana jarak antara derajat pertama dengan yang kedua sejauh perjalanan lima ratus tahun.”

Allah Swt berfirman:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9)

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.  (QS. al-Fathir: 28)


وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ ۖ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ
Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (QS. al-‘Ankabut: 43)
Di antara hadis yang menerangkan tentang keutamaan serta derajat ulama ialah sabda Nabi Saw, berikut ini:
العلماء ورثة الانبياء
Para ulama itu adalah pewaris para nabi. (Hadis hasan riwayat at-tirmidzi, ibnu majah, al-baihaqi dan ibn hibban di dalam kitab ash-shahih miliknya. Menurut Nashiruddin al-albani, hadis ini bersetatus shahih. Lihat lebih lanjut di dalam kitab, shahih at-targhib wa at-tahrib, karya al-mundziri, juz 1, hal.104 dan redaksi hadis di atas merupakan ‘penggalan’ atas riwayat yang lebih Panjang dari redaksi hadis yang sesungguhnya.)
ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦُ ﺍﻟْﻌَﺎﻟِﻢُ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺇِﻥِ ﺍﺣْﺘِﻴْﺞَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻧَﻔَﻊَ ﻭَﺇِﻥِ ﺍﺳْﺘُﻐْﻨِﻲَ ﻋَﻨْﻪُ ﺃَﻏْﻨَﻰ ﻧَﻔْﺴَﻪُ
Sebaik baik manusia ialah seorang mukmin yang alim, yang apabila dibutuhkan oleh orang lain, makai ia berguna. Dan jika tidak dibutuhkan, makai ia tetap bermanfaat bagi dirinya sendiri. (hadis ini bersetatus shahih sebagaimana dinyatakan oleh al-hafizh al-‘Iraqi di dalam kitab beliau yang berjudul al-Mughni ‘an Hamli al-Asfar juz,.1 hal.6)
الإيمان عريان ولباسه التقوى وزينته الحياء وثمرته العلم
Ilmu itu telanjang (tidak berbaju). Adapun pakaiannya ialah ketakwaan, perhiasannya ialah rada malu, dan buah (hasil) nya ialah ilmu. (hadis shahih riwayat Ibnu Abi Syaibah. Lihat lebih lanjut di dalam kitab, al-Mushannaf, juz.7, hal.191)
أقرب الناس من درجة النبوة أهل العلم والجهاد أما أهل العلم فلأنهم  قد دلوا الناس على ما جاءت به الرسل، وأما أهل الجهاد فجاهدوا بأسيافهم على ما جاءت به الرسل
Manusia yang paling dekat dengan derajat kenabian ialah para ulama dan para pejuang di jalan Allah. Adapun para ulama, disebabkan mereka ialah bersungguh-sungguh menunjukkan manusia kepada apa yang dibawa oleh rasul. Sedangkan para pejuang di jalan Allah, mereka telah berjihad menggunakan pedang-pedang mereka demi menegakkan apa yang dibawa oleh para rasul. (hadis ini bersetatus shahih sebagaimana dinyatakan oleh al-hafizh al-‘Iraqi di dalam kitab beliau yang berjudul al-Mughni ‘an Hamli al-Asfar)

العالم أنين الله في الأرض

Seorang ulama itu adalah hamba yang dipercya oleh Allah di muka bumi. (lihat lebih lanjut di dalam kitan Kasyful Khafa, karya al-‘Aljuni, juz.2, hal.84)

يشفع يوم القيامة الأنبياء، ثم العلاء، ثم الشهداء

Pada hari Kiamat kelak, para Nabi akan diminta: syafaat [oleh umat mereka]. Demikian pula halnya dengan para ulama dan para syuhada [oleh siapa saja yang membutuhkan syafaat]. (hadis riwayat Ibnu majah, lebih lanjut lihat di dalam kitab as-sunan)

Fathul Mashili pernah bertanya [kepada beberapa orang di sekitarnya], “Bukankah orang yang tengah sakit. apabila ia dicegah dari makan, minum dan berobat. maka ia akan mati?" Mereka menjawab, “Benar." Fathul Mashili melanjutkan, ““Demikian pula dengan hati. Apabila hati tidak diisi dengan ilmu dan hikmah selama tiga hari saja. maka ia pun akan mati."

Fathul Mashili benar. Sebab, makanan hati ialah ilmu dan hikmah. Bahkan dengan keduanya hati bisa hidup (bergairah kembali). sama halnya makanan dan minuman bagi tubuh. Siapa yang kehilangan ilmu, hatinya akan menderita (sakit). dimana kematian merupakan suatu kelaziman baginya; sedang ia tidak menyadarinya. Sebab, berbagai kesibukan duniawi telah melumpuhkan sendi-sendi perasaannya. Dan ketika kematian telah menelanjangi berbagai kesibukan [yang melenakan] tersebut, maka ia pun akan mengalami rasa sakit yang sangat hebat serta merasakan penderitaan yang tidak berujung. ltulah makna dari sabda Rasulullah saw.

الناس نيام، فإذا ماتوا انتبهوا

Manusia itu memiliki sifat mudah terlena. Manakala ajal (kematian) telah mendatanginya, maka barulah ia menyadarinya. (hadis riwayat Abu Nu’aim, lihat lebih lanjut di dalam kitab Hilayatul Auliya’, juz.7, ha.52)

Dan mengenai keutamaan belajar (at-ta'allum), Rasulullah saw. pernah bersabda:

إن الملائكة لتضع أجنحتها لطالب العلم رضاً بما يصنع

Sesungulmya para malaikat bersama-sama merebahkan sayapnya kepada penuntut ilmu, karena ridha terhadap apa yang dilakukannya. (hadis shahih riwayat at-tirmdzi, ibnu majah dan abu dawud dari abu darda ra, hadis ini disahihkan oleh al-Albani, sebagaimana yang terdapat dalam kitab shahih at-targhib wa at-tarhib.)

لأن تغدو فتعلم بابا من العلم خير من أن تصلي مائة ركعة

kepergianmu untuk mempelajari satu pembahasan saja dari ilmu, lebih utama [nilainya dalam pandangan Allah Ta'ala] daripada engkau shalat seratus rakaat. (hadis riwayat ibnu majah. Ini merupakan sabda Rasulullah saw kepada abu dzar al-ghifari, lihat lebih lanjut dalam kitab al-Ilmu wa al-Ulama, karya Abu Bakar al-Jazairi, fasal ke-2 mengenai keutamaan ilmu.)

Abu Darda' pernah berkata. “Siapa yang menganggap mencari ilmu itu bukan sebagai jihad (di jalan Allah), berarti terdapat kekurangan pada pemikiran dan akalnya."

Dan mengenai keutamaan mengajarkan ilmu kepada orang lain (ar-Ta'lim), dalam hal ini ditunjukkan melalui firman Allah Ta'ala,:

وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُ

Dan [ingatlah] ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kirab. [Yaitu], 'Hendaklah kalian menerangkan isi kitab itu kepada manusia dan janganlah kalian menymtbunyikannya. (QS. ali Imran: 187)

Setelah Rasulullah saw. selesai membacakan ayat ini. beliau pun bersabda,

آتى الله عالما علما إلا أخذ عليه من الميثاق ما أخذ على النبيين أن يبينه ولا يكتمه

Setiap AIlah memberikan ilmu kepada seseorang, berarti Dia telah mengambil janji darinya "seperti Alldh mengambil janji dari para Nabi, agar ia menjelaskan tentang ilmunya itu [kepada orang lain] dan tidak boleh menyembunyikannya [dari orang lain]. (Abu nu’aim meriwayatkan hadis seerupa dari jalan Ibnu mas’ud  ra, lebih lanjut dapat dilihat di dalam kitab Fadhlul Alimul Afif karya beliau.)

Ketika hendak mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman. Rasulullah saw. pernah berpesan kepadanya.

لأن يهدي الله بك رجلا واحدا خير لك من الدنيا وما فيها
 Sesungguhnya keberhasilanmu mengajak satu orang di sana, hingga ia mendapatkan petunjuk (hidayah) dari Allah, itu jauh lebih baik [nilainya] bagimu daripada dunia seisinya. (hadis shahih riwayat bukhari dan muslim)

Umar ibnl Khaththab ra. pernah berkata. "Siapa yang menceritakan sebuah hadits kepada seseorang, lalu orang yang diberitahu itu mengamalkannya, maka baginya akan mendapatkan pahala yang sama seperti amalan orang tersebut."

Mengenai keutamaan mempelajari ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain, dalam hal ini terdapat sebuah riwayat (atsar) yang berstatus marfil' dari Mu'adz bin Jabal ra. Riwayat tersebut berbunyi, “Pelajarilah ilmu! Sebab sesungguhnya mempelajari ilmu karena Allah itu merupakan ungkapan dari rasa takut hamba kepada-Nya. Menuntutnya adalah ibadah. Mengkajinya adalah tasbih. Menelit'mya adalah jihad. Mengajarkannya adalah sedekah. Dan memberikannya kepada orang yang tepat adalah amal yang dapat mendekatkan diri hamba kepada Allah. llmu adalah penghibur hati di kala sendiri, teman di saat sepi, petunjuk di kala suka maupun duka. pembantu pada saat dibutuhkan, pendamping ketika tidak ada kawan dan cahaya bagijalan untuk menuju surga-Nya.



Dengan ilmu, Allah mengangkat derajat beberapa kaum. Sehingga dalam hal kebaikan. Allah menjadikan mereka sebagai pembimbing (yang dijadikan pedoman). Juga pelopor dalam hal kebajikan. yang manajejak langkah mereka akan senantiasa diikuti. Dan yang mendorong para malaikat untuk tertarik atas sil'at-sil'at mereka, sehingga berkenan untuk menaungi mereka dengan sayap-sayapnya.

Semua benda yang basah maupun kering di permukaan bumi ini membacakan tasbih dan memohonkan ampunan untuk mereka. Termasuk ikan dan berbagaijenis binatang yang berada di samudera lepas. Juga, binatang-binatang buas maupunjinak yang berada di daratan. Dan, langit berikut bintang-binlangnya yang bertebaran. Sebab. ilmulah yang menghidupkan hati dari kebutaan dan yang memberi cahaya bagi penglihatan dari kegelapan. llmu pula yang dapat menguatkan tubuh dari faktor yang melemahkannya.

Dengan ilmu. seorang hamba dapat mencapai kedudukan orang-orang yang berbakti dan derajat yang tinggi. Pahala merenungkan ilmu itu sebanding dengan pahala puasa. Dan. pahala pengkajian atasnya sebanding dengan pahala menjalankan shalat sunnah malam.

llmu adalah bekal untuk taat. menyembah, meng-ahad-kan dan [hanya] takut kepada Allah Ta'ala. ilmu adalah alat untuk menyambung hubungan di antara keluarga. llmu adalah imam dan amal sebagai makmumnya. Orangorang yang berbahagia ialah mereka yang diberikan ilmu. Dan, orang-orang yang celaka ialah mereka yang dihalangi dari mencapainya. (lihat dalam kitab al-‘Ilmu wa al-‘Ulama karya Abu bakar al-jazairi fasal ke-2 mengenai keutamaan ilmu)

Dari segi pemikiran, keutamaan ilmu sangatlah jelas. Sebab, dengan ilmu seseorang bisa sampai kepada AllAh Ta'ala, bisa dekat dengan-Nya dan bisa pula berada di samping-Nya. Ilmu adalah kebahagiaan yang tidak lekang oleh waktu dan kenikmatan abadi yang tiada habisnya. Di dalam ilmu terletak kemuliaan dunia dan juga kebahagiaan negeri akhirat. Dan pada hakikatnya. dunia itu ladang akhirat. Seorang yang berilmu. dengan ilmunya ia menanam kebahagiaan yang kekal. Karena, dengan ilmu yang dimiliki ia dapat men

contohkan akhlak yang mulia bagi sesama manusia dan mengajak untuk melakukan amal-amal yang akan mendekatkan mereka kepada Rabb semesta alam. Sebagaimana firman Allah Ta'ala:

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. (QS. an-nahl:; 125.)


Ilmu itu mengajak orang-orang ‘khusus’ melalui hikmah yang tersimpan di dalamnya dan mengajarkan kepada orang-orang ‘awam’ melalui berbagai bentuk nasihat, serta menghadapi orang-orang yang keras kepala (jahil) dengan menggunakan argumentasi. Selain itu, ilmu juga dapat menyelamatkan diri pemiliknya dan orang-orang yang berada di sekitarnya. ltulah sesungguhnya letak kesempurnaan bagi manusia.

Sumber: Mukhtasar Ihya' Ulumuddin/ Ringkasan Ihya' Ulumuddin, karya Imam Al-Ghazali, hal.2-7

Posting Komentar untuk "Keutamaan Ilmu Dan Belajar ilmu Menurut Imam Al-Ghazali"